Laporan bacaan 4

Nama : Nurul Hafizah

Nim : 11901186
Kelas : Pai 4D
Makul : magang 1



Menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan merupakan sarana perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat. Pendidikan yang tidak disadari oleh kebudayaan akan menghasilkan generasi yang tercerabut dari kehidupan masyarakatnya. Dari yang saya baca dalam menbangun pendidikan di sekolah terdapat dua wacana yang cukup besar, yaitu:


• Wacana pertama adalah academic (wacana pengembangan prestasi akademik), sebagai wacana dominan yang lebih menekankan achievement discourses pada proses restrukturisasi deregulasi, desentralisasi, kurikulum, dan pelatihan).


• wacana yang kedua adalah wacana kultural yang lebih menekankan pada aspek rekonstruksi (terkait dengan redefinisi, rekulturasi, dan pergeseran mind-sets)” (Suyata, 2000).


 


Pernyataan dari dua wacana di atas bermakna bahwahak tersebut lebih menekankan perbaikan pendidikan hanya pada proses restrukturisasi, tidak lagi memadai, mengingat adanya keyakinan bahwa sistem sosial dan sistem budaya menjadi medan dan kunci keberhasilan pendidikan. 


Berkaitan dengan pendepat tersebut, yang lain ada mengemukakan bahwa adanya dua pendekatan perubahan pendidikan yang berada di sekolah, yakni:


1. Pendekatan struktural


Dimana pendekatan ini memusatkan perhatian lebih kepada pengubahan aspek-aspek struktural- birokratik, seperti job descriptions, dimana Job description atau uraian jabatan atau gambaran tugas adalah suatu pernyataan tertulis yang berisi tujuan dari dibentuknya suatu jabatan/tugas. Uraian ini berisi gambaran tentang apa yang harus dilakukan oleh pemegang jabatan, bagaimana suatu pekerjaan dilakukan, alasan-alasan mengapa pekerjaan tersebut dilakukan, hubungan antara suatu posisi tertentu dan posisi lainnya di luar lingkup pekerjaannya dan di luar organisasi (eksternal) untuk mencapai tujuan unit kerja dan perusahaan secara luas. Apabila job description telah tersusun dengan baik, maka job spesification atau spesifikasi jabatan akan mulai dikembangkan. Selanjutnya tatanan birokrasi, dimana Birokrasi merupakan struktur tatanan organisasi, bagan, pembagian kerja dan hierarki yang terdapat pada sebuah lembaga yang penting untuk menjalankan tugas-tugas agar lebih teratur, seperti contohnya pada pemerintahan, rumah sakit, sekolah, militer dll. dan selanjutnya pengaturan hubungan antar unit organisasi, gaya kepemimpinan , dimana Gaya kepemimpinan mengacu pada perilaku karakteristik pemimpin saat mengarahkan, memotivasi, membimbing, dan mengelola sekelompok orang. Pemimpin hebat bisa menginspirasi gerakan politik dan perubahan sosial. Mereka juga dapat memotivasi orang lain untuk tampil, berkreasi, dan berinovasi, dan aspek struktur sekolah lainnya.


 


2. Pendekatan budaya


Dimana pendekatan ini memusatkan perahtian lebih kepada budaya keunggulan atau yang hiasa disebut dengan ( culture of excellence), yang tentunya lebih menekankan pengubahan pada pikiran, pada kata-kata, pada sikap, pada perbuatan dan pada hati setiap warga sekolah. Dan disini pendekatan budaya untuk mengembangkan atau meningkatkan kinerja sekolah tentunya semua itu akan lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan sebelumnya yakni pendekatan struktural.


 


Dari Kedua pendapat di atas, telah mengingatkan pada sejumlah konsep-konsep pokok dalam literatur berjudul “Culture Matters: How Values Shape Human Progress” (Harrison & Huntington, 2000) yang dimana dalam perkembangannya para ahli ilmu sosial mulai memberikan perhatian pada faktor kultural dalam menjelaskan berbagai realitas di masyarakat yang terkait dengan isu pembangunan, isu modernisasi,isu demokratisasi, dan isu lain-lain. Dan yang saya baca dapat saya simpulkan bahwa kemajuan ataupun ketertinggalan tidak lah di sebabkan oleh faktor dari luar masyarakat, tapi melainkan oleh karena faktor internal yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Dan Masyarakat sendirilah yang memilih untuk maju atau tertinggal. Oleh karena itu di dalam hal ini tentunya bukan hanya faktor dari luar yang mempengaruhi, tetapi faktor dari dalam itulah yang mempengaruhi mau seperti apa kita, mau maju atau tertinggal. Faktor internal tersebut tidak lain adalah budaya. Budaya inilah faktor utama nya dalam hal ini. Tidak ada definisi tunggal mengenai kebudayaan.


thick description) dalam menjelaskan jalan hidup masyarakat (the way of life of a society) yang meliputi:


1. Nilai, adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosialdibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.


2. Praktik, merupakan suatu tindakan yang domain utamanya adalah sikap, namun sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (behavior). Suatu sikap dapat terwujud menjadi suatu tindakan nyata maka diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya suatu tindakan tersebut. Faktor pendukung tersebut meliputi faktor fasilitas dan faktor dukungan.


3. Simbol, adalah lambang yang mengandung makna atau arti. Kata simbol dalam bahasa Inggris: symbol; Latin symbolium, berasal dari bahasa Yunani symbolon (symballo) yang berarti menarik kesimpulan, berarti atau memberi kesan.


4. Institusi, merupakan suatu organisasi yang ada dan pendiriannya atas dasar tujuan yang nantinya akan langsung berhubungan dengan masyarakat. Kebanyakan institusi yang berdisi dengan tujuan untuk memberikan pendidikan pada kalangan umum. Institusi merupakan segala daya tahap struktur yang mekanismenya berdasarkan tatanan sosial serta kerjasama dalam pembentukkan perilaku setiap individu yang terlibat dalam suatu institusi tertentu. Dalam pembentukan perilaku yang berperan aktif bukan hanya pihak institusi saja akan tetapi segala


5. Relasi sosial, merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi.15 Mei 2019


 


Dari yang saya baca Budaya sekolah merupakan himpunan norma- norma, nilai-nilai dan keyakinan, ritual dan upacara, simbol dan cerita yang membentuk persona sekolah. Disini tertulis harapan untuk membangun dari waktu ke waktu sebagai guru, administrator, orang tua, dan siswa bekerja sama, memecahkan masalah, menghadapi tantangan dan mengatasi kegagalan. Dan Setiap sekolah memiliki seperangkat harapan tentang apa yang dapat dibahas pada rapat staf, bagaimana teknik mengajar yang baik, dan pentingnya pengembangan staf. Budaya sekolah juga merupakan cara berpikir tentang sekolah dan berurusan dengan budaya dimana mereka bekerja. Dan Budaya sekolah juga merupakan jaringan tradisi dan ritual yang kompleks, yang telah dibangun dari waktu ke waktu oleh guru, siswa, orangtua, dan administrator yang bekerja sama dalam menangani krisis dan prestasi. Pola budaya sangat abadi, memiliki dampak yang kuat pada kinerja, dan membentuk bagaimana orang berpikir, bertindak, dan merasa. Dan Dalam perjalanannya, sekolah juga memiliki kebiasaan dan upacara-komunal untuk merayakan keberhasilan, untuk memberikan kesempatan selama transisi kolektif, dan untuk mengakui kontribusi masyarakat terhadap sekolah. Dan dari yang saya baca bahwa Budaya sekolah juga meliputi simbol dan cerita yang mengkomunikasikan nilai-nilai inti, memperkuat misi, membangun komitmen, dan rasa kebersamaan. Simbol adalah tanda lahiriyah nilai. Cerita merupakan representasi sejarah dan makna kelompok. Dalam budaya positif, fitur tersebut memperkuat proses pembelajaran, komitmen, dan motivasi, karena menjamin para anggota konsisten dengan visi sekolah. Di sekolah, ada ritual yang kompleks dalam hubungan interpersonal, satu set kebiasaan, adat istiadat, dan sanksi irasional, kode moral yang berlaku di antara mereka. Orangtua, guru, kepala sekolah, dan siswa selalu merasakan sesuatu yang istimewa, namun seringkali tak terdefinisikan, tentang sekolah mereka, tentang sesuatu yang sangat kuat namun sulit untuk dijelaskan. Kenyataan ini, merupakan aspek sekolah yang sering diabaikan dan akibatnya seringkali tidak hadir dalam diskusi- diskusi tentang upaya perbaikan sekolah. Sekolah berperan dalam menyampaikan kebudayaan dari generasi ke generasi dan oleh karena itu harus selalu memperhatikan kondisi masyarakat dan kebudayaan umum. Namun demikian, di sekolah itu sendiri timbul pola kelakuan tertentu. Kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas, namun mempunyai ciri-ciri yang khas/unik sebagai suatu sub-kebudayaan/sub-culture (Nasution, 1999). Timbulnya sub-kebudayaan sekolah juga terjadi karena sebagian besar dari waktu siswa terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam kondisi demikian, dapat berkembang pola perilaku yang khas bagi siswa yang tampak dari pakaian, bahasa, kebiasaan, kegiatan-kegiatan, serta upacara- upacara. Sebab lain timbulnya kebudayaan sekolah adalah tugas sekolah yang khas yakni mendidik anak melalui penyampaian sejumlah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), ketrampilan (psikomotorik) yang sesuai dengan kurikulum dengan metode dan teknik kontrol tertentu yang berlaku di sekolah itu. Sebagai sub-kultur, kultur sekolah hadir dalam berbagai variasi dalam praktiknya. menurut Harrison & Huntington (2000), terdapat dua kategori nilai, yaitu nilai intrinsik dan nilai instrumental. Nilai intrinsik merupakan nilai yang ditegakkan tanpa memperhatikan untung/rugi, misalnya: nilai patriotisme. Sedangkan nilai instrumental merupakan nilai yang didukung karena menguntungkan, misalnya produktivitas. Visi misi tujuan dan nilai-nilai dalam budaya merupakan unsur yang penting. Pentingnya tujuan bermakna norma-norma yang positif, dan nilai-nilai yang dipegang teguh untuk menambahkan semangat dan vitalitas untuk perbaikan sekolah. Guru dapat berhasil dalam memfokuskan budaya pada produktivitas, kinerja, dan upaya perbaikan. Budaya membantu para guru dalam mengatasi ketidakpastian pekerjaan mereka dengan memberikan fokus pada kolegialitas. Hal ini penting untuk memberikan motivasi sosial dalam suatu pekerjaan yang menuntut mereka siap mengajar tigapuluh anak di ruang kelas. Budaya mendorong, memberi sanksi, dan memberi penghargaan pada tugas profesional untuk meningkatkan ketrampilan mereka.


 


dalam praktiknya seringkali justru terlewatkan perbaikan sekolah antara lain:


1. Culture fosters school effectiveness and productivity (Budaya mendorong terwujudnya efektivitas dan produktivitas sekolah).


2. Culture improves collegial and collaborative activities that fosters better communication and problem solving practices (Budaya meningkatkan kegiatan kolegial dan kolaboratif yang mendorong perbaikan komunikasi dan praktik pemecahan masalah).


3. Culture fosters successful change and improvement efforts (Budaya mendorong upaya keberhasilan perubahan dan perbaikan).


4. Culture builds commitment and identification of staffs, students, and administrators (Budaya membangun komitmen dan identifikasi dari para staf, siswa dan tenaga administrasi).


5. Culture amplifies the energy, motivation, and vitality of a school staff, students, and community (Budaya menguatkan energi, motivasi, dan vitalitas dari staf sekolah, siswa, dan komunitas/masyarakat).


6. Culture increases the focus of daily behavior and attention on what is important and valued (Budaya meningkatkan fokus pada perilaku keseharian dan perhatian pada apa yang penting dan bernilai/berharga).


 


Yang saya baca dari jurnal ada beberapa kultur sekolah yang dapat dikembangkan antara lain yang kondusif bagi pengembangan:


1. Prestasi Akademik


2. Non-Akademik


3. Karakter


4. Kelestarian Lingkungan HiduHid

Komentar